Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2010

kenangan SPAM

"Mana emailnya?" "Udah dikirim, coba kamu liat deh..." "Ah ga ada! udah ta liat!" "Masa sih? Ntar deh aku kirim lagi..." "Ga mau! Pengen sekarang pokoknya!" "Saya lagi sibuk, besok yah?" "GA-MA-U. Pengen sekarang!" "Maaf banget, kalo sekarang ga bisa." "Kamu kok gitu sih..." "Iya, iya deh... Jam 11 siang aku kirim lagi ke kamu. Oke? Sekarang, kamu jangan marah yah, jangan cemberut, saya sayang banget sama kamu..." Jam 11 siang. "Mana? Kok masih belom ada sih?" "Udah saya kirim kok, tadi jam 10, pas istirahat sekolah, saya langsung lari ke warnet, masa sih ga ada?" "GA-A-DA!!!" "Bentar deh saya ke warnet lagi, ntar saya kirim." Tak lama, puluhan email berisi pertanyaan, 'udah ada belom', memenuhi inbox dan jawabannya selalu, 'mana? ga ada!' "Maaf yah, saya hari

menertawakan kejujuran

Aku lagi-lagi menertawakan kejujuran seseorang padaku, mungkin kali ini lebih tepatnya aku menolak kejujuran seseorang padaku, aku mengejek kejujurannya dan tak mampu memaafkan kejujurannya.Aku ingin sekali menjadi manusia yang menghargai kejujuran, sekecil apapun itu atau bahkan sehebat apapun kejujuran itu. Aku ingin belajar menerima, tapi semuanya terasa sulit jika kejujuran itu berisi rasa pedih yang akan mengiris hatiku. Aku bisa menerima ketika dia bilang batal beberapa kali di bulan puasa, mungkin saja aku bisa menggunakannya sebagai ejekan karena kejujurannya tak berisi rasa pedih yang bisa menyakitiku. Tapi... kali ini aku muak! Dia menipuku, saat kejujurannya terungkap, aku merasa sangat lega, sangat lega karena selama ini aku menjadi bagian yang ditutupi dari dunia olehnya. Mungkin aku harus belajar untuk memaafkan dia tanpa harus mengungkit luka dari kejujuran yang dia ciptakan... 9 september 2010

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi jalanan lengang kutentang oh, gelapnya tiada yang buka adakah dunia mengerti ? miliaran panah jarak kita tak jua tumbuh sayapku satu-satunya cara yang ada gelombang tuk ku biacara tahanlah wahai waktu ada "selamat ulang tahun" yang harus tiba tepat waktunya untuk dia yang terjaga menantiku Tengah malamnya lewat sudah tiada kejutan tersisa aku terlunta, tanpa sarana saluran tuk ku biacara jangan berjalan, waktu ada "selamat ulang tahun" yang harus tiba tepat waktunya semoga dia masih ada menantiku mundurlah, wahai waktu ada "selamat ulang tahun" yang tertahan tuk kuucapkan yang harusnya tiba tepat waktunya dan rasa cinta yang s'lalu membara untuk dia yang terjaga menantiku Hai, aku sedang menebak-nebak, kira-kira prosesi apa yang tengah kamu siapkan. Kamu selalu tergila-gila berprosesi. segala sesuatu yang harus dihantarkan dengan sempurna dan terendana. perayaan dna peringatan menyesaki kalender

Isi Otak-Otak-Atik

Satu cerita ini adalah cerita favorit saya di kumpulan cerita karya Kusmarwanti dari buku Panggilan Rindu dari Langit. Judul ceritanya adalah isi otak-otak atik... buku ini saya beli waktu saya masih kelas 3 SMP, mungkin kalo sekarang udah ga ada lagi kecuali kalo di cetak lagi sama penerbitnya... hehehe... Cerita ini selalu saya baca dan ga pernah bosen sama ceritanya, hampir 80 persen kata-kata dari cerita ini saya hafal dan jadi RENUNGAN sekaligus cermin buat diri saya sendiri bahwa didunia ini, masih banyak yang bisa menyayangi saya diantara kumpulan orang yang kurang menyayangi saya. ^^ Beberapa waktu lalu, saya memberi tugas kepada anak-anak didik saya untuk membuat sebuah cerpen. Salah satu karya mereka telah menarik perhatian saya. "Apakah Ibu diizinkan membaca cerpen ini di depan teman-temanmu?" Si pemilik cerpen menggeleng. "Kenapa?" tanya saya lagi. Ia tak menjawab alasannya. Saya terus memaksa, dan akhirnya dia menyerah. Sayapun mulai membaca cerp

sebuah puisi untuk sahabat

kawan, hidup memberikan kita jutaan pilihan, tapi juga menebar seribu jalan takdir yang harus kita tempuh... memilih jalan itu seperti memasukan tangan kita ke dalam sebuah kantung bernama kehidupan, yang berisi emas dan duri, terkadang kita baru menyadari apa yang kita peroleh setelah kita terluka olehnya. Suatu saat, semua yang kita miliki akan menjadi tiada, meninggalkan atau tertinggalkan, itulah hukum yang berlaku disini. Seperti kemarin, kita bisa tertawa bersama dan kini aku meninggalkanmu menangis seorang diri. Aku, dengan tangan menengadah ke langit, lututku yang bersimpuh diatas tanah ini, berdoa untukmu... kutahu, ribuan kata yang kuuntai takkan mampu menghapuskan lukamu, apapun yang kuberikan takkan menggantikan kehilanganmu, tapi bersabarlah kawan... Tuhan sedang mengujimu, membiarkanmu mengecap rasa kehilangan yang amat dalam lebih dahulu, mungkin esok orang lain akan mengecap rasa yang sama sepertimu. Bersabarlah... Biarkan air mata mengiringi kepergiannya