Skip to main content

Selamat Ulang Tahun

Ribuan detik kuhabisi
jalanan lengang kutentang
oh, gelapnya tiada yang buka
adakah dunia mengerti ?

miliaran panah jarak kita
tak jua tumbuh sayapku
satu-satunya cara yang ada
gelombang tuk ku biacara

tahanlah wahai waktu
ada "selamat ulang tahun"
yang harus tiba tepat waktunya
untuk dia yang terjaga
menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
tiada kejutan tersisa
aku terlunta, tanpa sarana
saluran tuk ku biacara

jangan berjalan, waktu
ada "selamat ulang tahun"
yang harus tiba tepat waktunya
semoga dia masih ada
menantiku

mundurlah, wahai waktu
ada "selamat ulang tahun"
yang tertahan tuk kuucapkan
yang harusnya tiba tepat waktunya
dan rasa cinta yang s'lalu membara
untuk dia yang terjaga
menantiku


Hai,
aku sedang menebak-nebak, kira-kira prosesi apa yang tengah kamu siapkan. Kamu selalu tergila-gila berprosesi. segala sesuatu yang harus dihantarkan dengan sempurna dan terendana. perayaan dna peringatan menyesaki kalender kita sepanjang tahun, dan tidak pernah kamu bosan, bahkan kamu semakin ahli. malam ini kamu menantangku berhitung dengan stop watch. teleponku akan berdering tepat setengah jam lagi. sungguh, kamu sudah sehebat itu. janjimu adalah matahariku yang terbit dan terbenam tanpa pernah keliru.

Sambil menunggu, izinkan aku berkelakar mengenai kamu dan sayap.. sejak kepindahanku ke negara lain, kamu terobsesi dengan segala makhluk bersayap. kamu percayabahwa manusia bersayap adalah hibrida cukup cerdas untuk tidak mencoba terbang kemari. Kalaupun itu bisa terjadi, aku khawatir kamu mati lemas di jalan dan jatuh ke laut. Dimakan hiu. Dan jadilah kalian hibrida yang luar biasa. Manusa bersayap did alam perut makhluk bersirip berinsang.

Dengan caramu mengagungkan momentum, kamu membuatku ikut percaya betapa sakralnya peluk cium 14 februari atau tiupan terompet tahun baru yang harus jatuh tepat pada hitungan 00.00. kamu membuatku percaya pada poin tambahan jika memberlakukan hidup seperti itu seperti area balap lari. Namun imanku pada arena itu luruh dalam satu malam karena kegagalanmu mencapai garis finish. Lihatlah detik itu, jarum itu, momentum yang tak lagi berarti di detik pertama kamu gagal mengucapkan apayang seharusnya kamu ucapkan... lima menit lalu...

aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya pada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba seluler ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit ? bahkan kiamatpun hanya bicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal. atau mungkinkah ini akan jadi salah satu tanda kiamat kecil yang ramai orang gunjingkan, tentang lelaki berbaju perempuan, perempuan berbaju lelaki, lelaki bercinta dengan lelaki, dan perempuan bercinta dengan peremuan, dan kalau mereka mau menengok sejarah manusia ribuan tahun terakhir ini, tidakkah tanda semacam itu sudah apkir, klise dan kiamat harus mempersiapkan tanda-tanda baru bila masih ingin jadi hari yang paling diantisipasi, dengan misalnya, mengadopsi absurditas yang terjadi malam ini? Malam dimana kamu terlambar mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan... satu jam yang lalu...

Satu waktu nanti, saat kamu berhenti percaya manusia bisa punya sayap selain lempeng besi yang didorong mesin jet, saat kamu berhenti percaya hidup lebih bermakna bila ada wasit menyalakkan aba-aba, "1,2,3", kamu boleh terus percaya bahwa kemarin... besok... lusa... dan hari-hari sesudah itu... aku masih disini. menunggu kamu mengucapkan apa yang harusnya kamu ucapkan... berjam-jam yang lalu :
"Selamat ulang tahun."

dari Rectoverso karya Dee - Dewi Lestari

 "Felis Cumpleanos, tensho..."

Comments

Popular posts from this blog

aturan-aturan

Kita tertawa kemarin. Kau ceritakan kisahmu, aku mendengarkan. Itulah aturan utamanya . Dan aku mengikutinya dengan baik sejauh ini. Selama ini.  Aku takkan melihat kemana-mana lagi dan hanya menatap satu titik. Matamu. Itu adalah aturan kedua . Aku akan banyak diam. Mengikuti alur ejekan dengan senyum dan berharap malam segera merayap datang. Aku diharuskan berhati pelawak. Tak boleh memasukan satu kata jahilpun dalam hatiku agar tak terluka. Itu aturan yang ketiga . Dari semua aturan yang tersedia. Selama ini aku melakukannya dengan baik. Aku melewati alurnya dengan sabar. Aku tak pernah mengeluh. Aku lebih banyak tertawa dan selalu kuucapkan terimakasih untuk tawa hari ini . Lalu apa salahku? Kenapa tiba-tiba kalian membuatku merasa seperti orang jahat ? Apakah aku melewatkan salah satu aturan itu? Apakah aku melanggar aturan yang tersirat itu? Aku dibuat untuk merasa bersalah tanpa alasan yang jelas! Aku dibuat bingung dengan sikap yang mendadak dingin dan senyum kecut. Anggap s

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.