Aku lagi-lagi menertawakan kejujuran seseorang padaku, mungkin kali ini lebih tepatnya aku menolak kejujuran seseorang padaku, aku mengejek kejujurannya dan tak mampu memaafkan kejujurannya.Aku ingin sekali menjadi manusia yang menghargai kejujuran, sekecil apapun itu atau bahkan sehebat apapun kejujuran itu. Aku ingin belajar menerima, tapi semuanya terasa sulit jika kejujuran itu berisi rasa pedih yang akan mengiris hatiku.
Aku bisa menerima ketika dia bilang batal beberapa kali di bulan puasa, mungkin saja aku bisa menggunakannya sebagai ejekan karena kejujurannya tak berisi rasa pedih yang bisa menyakitiku. Tapi... kali ini aku muak! Dia menipuku, saat kejujurannya terungkap, aku merasa sangat lega, sangat lega karena selama ini aku menjadi bagian yang ditutupi dari dunia olehnya.
Mungkin aku harus belajar untuk memaafkan dia tanpa harus mengungkit luka dari kejujuran yang dia ciptakan...
9 september 2010
Comments
Post a Comment