Skip to main content

Mencintai Fira


Aku menjadi saksi bahwa tidak semua cinta dapat bersatu dalam satu ikatan. Meski disertai ketulusan dan keseriusan sekalipun. Itulah yang kurasakan pada seorang gadis bernama Fira. Aku benar-benar mencintainya, sejak pertama kali bertemu dengannya 20 tahun lalu dan sampai hari ini. Orangtua kami melarang hubungan yang akan ingin kami jalani. Perbedaan usia adalah jembatan penghalang untuk kami bersama.

Aku bahkan tidak pernah meminta untuk jatuh cinta pada Fira, saat pertama kali menatap matanya yang teduh itu aku seperti tersihir. Meskipun sudah kucoba menarik kembali hatiku sekuat tenaga, nyatanya aku tidak mampu. Aku sudah jatuh cinta padanya begitu dalam meskipun hanya sekejap mata bertaut. Lagi pula saat itu Fira memberikan hatinya untukku, mengapa orang-orang terus mengulang kisah sedih Romeo dan Juliet? Mengapa kami tidak bisa bersama?

Aku dan Fira terpaksa berpisah 20 tahun lalu. Orangtua Fira membawa Fira pergi entah kemana. Saat itu perasaanku hancur, itulah pertama kalinya dalam hidup aku merasakan sakitnya cinta. Perasaan sakit itu masih kubawa sampai hari ini, aku tidak bisa melupakan Fira. Namun rasa sakit itu seolah terobati karena aku menemukan Fira-ku. Dan kupikir sekarang adalah waktu yang tepat untuk Fira dan aku bersama. Kupandangi foto profil sosial media seseorang bernama Fira, dan itu benar Fira. Jantungku berdegup kencang, terbayang olehku pertemuan mengharukan saat aku bertemu dengannya nanti. Ada banyak yang ingin kuungkapkan padanya. Hal-hal yang tak sempat kuucapkan padanya, rasa rinduku, juga cintaku yang selama ini tertahan untuknya.

Aku mengingat malam sebelum aku diusir dari rumahku dan Fira pindah dari rumahnya. Malam itu, Fira mengendap-endap keluar kamarnya untuk menemuiku. Kami berjanji untuk bertemu di dapur rumah Fira. Fira membiarkan kunci depannya tidak terkunci agar aku bisa masuk ke rumahnya. Disana, Fira terlihat sangat cantik dengan piyama pinknya. Lalu aku memegang tangannya yang terasa mungil di tanganku lalu aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. Fira menatapku tak berkedip kemudian bibirnya tersenyum sedikit lalu aku mencium bibirnya.

Fira adalah cinta pertama juga gadis pertama dan terakhir yang kucium seumur hidupku. Saat itu aku bisa merasakan tubuh Fira yang hangat melalui bibirnya yang bersentuhan dengan bibirku. Fira tidak menolak, bahkan saat itu aku bisa merasakan bulu mata Fira bergerak-gerak di pipiku. Aku bisa merasakan tangan Fira bergerak-gerak grogi di perutku karena saat itu aku berlutut di hadapan Fira. Aku bisa merasakan jiwa Fira perlahan terhisap ke dalam tubuhku melalui bibirnya.

Momen sakral itu tidak berlangsung lama karena seseorang kemudian menjambak rambutku, aku berusaha melepaskan diri namun tenagaku kalah besar. Aku merasakan kepalaku dipukul oleh telapak tangan yang besar. Fira menjerit meneriaki namaku. Aku mengaduh dan meminta ampun pada orang yang sedang menyeretku ini.

“Anjing kamu!” Teriak orang itu padaku. Aku hanya bisa menyeret diriku bersama jambakan di kepalaku sambil terus mengaduh. Rumah Fira kini terang benderang, aku mulai bisa melihat siapa yang sedang menjambakku. Ayah Fira dengan mata melotot dan merah menahan amarah memegangi rambutku dengan erat.

“Ampun, ampun Om, ampun.” Kataku saat itu. Kulit kepalaku terasa hendak terlepas karena cengkraman ayah Fira yang begitu keras. Ayah Fira meneriakiku anjing, bajingan dan kata-kata kasar lainnya. Suaranya membuat orang-orang di komplek terbangun. Orang-orang berhamburan keluar. Ayah Fira masih menyeretku hingga di depan rumahku.

Ayahku keluar dari rumah masih dengan pakaian tidurnya. Ayahku terkejut. “Anakmu ini anjing!” Kata Ayah Fira lagi. “Ada apa ini?” Tanya Ayahku. Ayah Fira melemparkan tubuhku ke kaki Ayahku. “Saya cinta sama Fira, Pah.” Kataku sambil berdiri. Lalu yang kuingat adalah aku kembali tersungkur ke tanah karena sebuah tamparan keras mendarat di pipiku. Lalu pukulan bertubi-tubi kurasakan di tubuhku. Aku tidak tahu siapa yang memukulku.

Aku paham sekali bagaimana perasaan Ayah Fira dan Ayahku, mencium anak gadis orang di malam hari memang perbuatan memalukan. Seharusnya saat itu aku mendatangi Ayah Fira dan melamar Fira karena perasaanku pada Fira sama persis dengan perasaanku saat ini pada Fira, mencintainya. Itulah kesalahan terbesarku dan aku tidak akan mengulanginya.

Aku menumpahkan seluruh curahan hatiku dalam pesan ke akun sosial media milik Fira. Aku hanya perlu menunggu balasannya saja. Ternyata tidak perlu waktu lama untuk menerima jawaban dari Fira. Sebuah pesan balasan muncul.

"Dasar pedofil!"

Tubuhku kaku di depan layar monitorku. Kubaca baik-baik pesan itu, tidak ada jawaban lain, memang benar hanya dua kata itu. Mataku terasa panas kemudian berair. Dadaku seperti dihunus tombak beracun. Lidahku kelu. Jari jemariku dingin seketika. "Kenapa, Fira?" Tanyaku. Fira tidak menjawab pesanku. Fira kemudian memblokirku. Aku hanya bisa mengingat-ingat mengapa Fira menyebutku pedofil. Apa salahnya mencintai Fira meskipun saat itu Fira berusia 4 tahun? Toh saat ini perasaanku masih sama padanya. Kenapa, kenapa mereka menyebutku pedofil?

Comments

Popular posts from this blog

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar." Saya dulu mempertanyakan,  WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY?  Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan. Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya. Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan