Skip to main content

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar."

Saya dulu mempertanyakan, 

WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY? 

Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan.

Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini?

Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya.

Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan diri saya. Sebuah cara yang sesuai untuk diri saya. Orang bingung meyakini sesuatu, ya pastilah yang diyakininya juga adalah sesuatu yang membingungkan. Lalu lama-lama saya hanya berputar dalam kesesatan pemikiran saya saja. Karena saya sudah jelas menolak fitrah. Satu-satunya jalan menemukan diri saya adalah menerima fitrah saya, sedangkan saya menolak jadi saya semakin jauh dalam kesesatan.

Lalu suatu hari saya begitu ingin menonton videonya Felix Siauw di Youtube. Saya dengarkan apa yang beliau sampaikan. Sampai pada...

"Kita tidak akan dihisab dengan perkara di luar kendali kita."

Saya menangis ketika dengar kata-kata itu. Itulah jawaban yang saya mau. Bahwa Allah tidak jangan menilai saya dari bentuk yang muncul di mata manusia, saya mau Allah menilai dari diri saya. Tapi ucapan itupun lagi-lagi salah, karena Allah memang tidak pernah bilang akan menilai dari fisikal saya. Saya aja yang fakir ilmu. Sombong luar biasa, merasa unggul dari orang-orang sholih, merasa setara dengan Nabi dan Rasul. Mengerikan! Qur'an dibaca seperti baca koran. Terjemah dibaca tanpa meminta petunjuk Allah, setiap kata dalam terjemah al-Qur'an saya setir sesuai dengan kehendak hati saya. Oh ayat ini menyindir si A, ayat ini untuk si B, nah ini ini yang saya tidak cocok dalam Islam. Begitu kata saya.

Saya harus menekan tombol pause dan meresapi tangisan saya. Kemana saja saya selama ini? Ini akibat dari menolak fitrah, saya menyiakan waktu hidup saya untuk mempertanyakan pertanyaan yang salah, memilih dalih-dalih bodong, sibuk merasa suci dan tidak ingat dosa sendiri.

Luka saya terasa diobati. Bertahun-tahun saya tidak hanya sibuk mencari Tuhan, tapi juga mencari dimana luka saya mampu diobati. Kenapa saya terlahir seperti ini padahal saya tidak ingat pernah meminta? Kenapa saya menjalani kehidupan seperti ini padahal saya merasa dulu saya melakukan hal yang baik-baik saja.

"Hidup kita saat ini adalah hasil dari keputusan kita di masa lalu."

Saya berusaha lari dari fitrah saya, itu keputusan saya, bukan karena lahir dari orangtua yang seperti apa dan tinggal dalam lingkungan yang seperti apa. Saya tidak menerima diri saya seutuhnya, itu keputusan saya, bukan karena apa yang saya lalui ketika saya masih kecil dan bagaimana perlakuan buruk yang saya terima ketika saya kecil. Begitu banyak hal buruk yang saya alami tapi orang lain juga mengalami hal yang lebih buruk. Orang lain bisa memilih menjalani fitrahnya dan saya memilih lari dari fitrah saya.

Salah siapa? Salah sendiri. 

"Cita-cita masuk surga tapi kelakuan seperti Abu Jahal, Abu Lahab!"

Saya menangis lagi. Ya Allah entah kenapa dulu saya sempat berpikir sucinya diri saya ini meskipun saya meninggalkan sholat. Saya berkata bahwa meskipun saya tidak sholat, hati saya mengingat Allah lebih banyak dari pada orang shalih manapun. Tapi bagaimana hal itu mungkin?

Bagaimana mungkin seseorang yang menyadari kesalahannya dalam meninggalkan sholat, enggan bertaubat, tapi merasa akan masuk surga dengan aman? Sungguh ketika Allah sudah menyesatkan seseorang, tidak akan ada seorangpun yang bisa memberi petunjuk. Sungguh ketika Allah sudah mengunci hati seseorang, tidak akan ada yang bisa membukanya.

Saya menantang pengampunan Allah kepada kesalahan-kesalahan saya, saya berani mempertanyakan kemurahan hati Allah. Padahal, sudah sebegitu sesat dan bodohnya, Allah masih memberikan nafas, rejeki dan kemudian diberikan petunjuk. Sungguh, bebal kamu ini kalau masih menantang dan mempertanyakan kemurahan hati Allah setelah semua yang Allah berikan.

Comments

Popular posts from this blog

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata