Skip to main content

Rachel



Semenjak kecil, aku selalu menginginkan untuk menjadi seorang penyanyi. Bernyanyi di atas panggung besar, dilihat oleh ribuan penonton. Tubuhku bermandikan ratusan cahaya yang membuatku menjadi satu-satunya titik perhatian di atas panggung. Kemudian mereka akan bersorak bahagia saat mendengarkan suaraku. Aku ingin merasakan riuh tepuk tangan penonton yang puas setelah mendengarkan suaraku.

Aku berlatih suara dengan seorang guru vokal. Berlatih berbagai macam alat musik, dialah yang mengajarkanku dan mengenalkanku pada pintu ke mimpi besarku itu. Guru vokalku bilang bahwa aku akan bisa menjadi seorang penyanyi terkenal suatu saat nanti. Ketika aku bernyanyi diiringi piano guruku, aku sering membayangkan mimpi besarku itu.

Sayangnya keluargaku tidak mendukung mimpiku tersebut. Ibuku menginginkanku untuk bekerja di sebuah bank swasta agar aku bisa membiayai sekolah adik-adikku dan menjadi tulang punggung keluarga. Meski pun aku sudah memenangkan lomba menyanyi hingga tingkat kota, ibuku tetap berkeras tidak mengijinkanku menjadi seorang penyanyi.

Ayahku sudah meninggal. Mungkin jika ayah masih ada, maka aku tidak perlu menjadi tulang punggung keluarga. Aku bisa menjadi penyanyi seperti yang kuimpi-impikan selama ini. Aku memiliki 4 adik yang semuanya masih bersekolah dan membutuhkan biaya.

Saat usiaku 16 tahun dan masih duduk di bangku SMA, secara diam-diam aku mengikuti ajang pencarian bakat menyanyi di kota sebelah. Guru vokalku yang mengantarku. Guru vokalku itu kemudian menjadi kekasihku. Bersama, kami ingin menggapai mimpi kami berdua, menjadi duo penyanyi di atas panggung.

Saat ibuku tahu aku mengikuti ajang pencarian bakat itu, ibuku langsung menjemputku dan memarahiku sepanjang jalan. Ibu bahkan memukul Harry, guru vokal sekaligus kekasihku. Ibuku melarangku untuk menemui Harry lagi.

Beberapa bulan setelah itu, aku lulus SMA dan ibuku mendaftarkanku di sebuah bank swasta. Selama beberapa minggu aku bekerja di bank itu. Kemudian tanpa sengaja aku bertemu dengan Harry yang sedang mengamen di seberang bank tempatku bekerja. Aku menghampirinya. Dia mengajakku untuk menikah agar mempermudah mimpi kami untuk menjadi duo penyanyi. Harry memberikanku gelang milik ibunya yang sudah meninggal untukku sebagai pengganti cincin.

Saat kuungkapkan keinginanku untuk menikah dengan Harry, ibuku menentang hal itu. Ibuku ingin aku menikah dengan salah satu pejabat di tempatku bekerja agar bisa mengkatrol kehidupan ekonomi kami. Ibuku bilang bahwa dia sudah tidak mampu lagi bekerja sebagai penjahit.

Aku marah dan kubilang, "bagaimana mungkin ibu mengorbankan kebahagiaanku demi kepentingan ibu sendiri? Aku tidak mau, Bu."

"Apa maksudmu dengan mengorbankan kebahagiaanmu? Kau hanya anak kecil! Kau pikir dengan kau bernyanyi bisa membuat ekonomi keluarga kita menjadi lebih baik? Jangan bodoh, Rachel! Ayahmu akan malu karena memiliki anak sepertimu. Kau mempermalukan keluarga kita dengan mengemis bersama Harry."

"Ibu, ini adalah apa yang kuinginkan. Ini adalah impianku. Kenapa ibu tidak mau melihatnya?"

"Kau tidak tahu apa-apa tentang apa yang kau inginkan, Rachel! Kau masih anak-anak." Tandas ibuku. Aku pergi meninggalkan ibuku yang terus memarahiku. Aku berjalan dengan cepat ke arah pintu. Ibuku menahanku dengan menarik tanganku. "Jangan berani kau keluar dari pintu itu, Rachel!"

"Lepaskan aku ibu. Aku bukan lagi anak kecil. Aku berhak memilih jalan hidupku!"

"Rachel, kembali ke kamarmu!" Teriak ibuku. Ibuku menarik tanganku dengan keras hingga gelang yang diberikan Harry terlepas dari tanganku. Aku memungut gelang itu kemudian menatap wajah ibuku dengan penuh kebencian.

"Aku membencimu, Bu. Aku tidak pernah meminta dilahirkan dari seorang ibu sepertimu." Kataku. Mulut ibuku terbuka sedikit. Aku menghampiri Harry yang sudah berada di dalam mobil di luar rumahku. Ibuku tidak mengatakan apa-apa lagi. Di dalam mobil Harry, aku merasa puas telah mengatakan apa yang selama ini menjadi ganjalan di dadaku.

Aku kembali mengikuti ajang pencarian bakat. Dan aku lulus tahap demi tahap hingga akhirnya aku menjadi seorang penyanyi pemula. Aku selangkah lebih dekat menuju impianku menjadi seorang penyanyi profesional. Semakin lama, panggung tempatku bernyanyi menjadi semakin megah, begitu pun pakaian yang kugunakan.

Satu persatu albumku keluar. Dan laguku menjadi hits di kalangan anak muda. Harry sekarang menjadi manajer pribadiku. Foto wajahku akan terpampang di setiap iklan di televisi atau di radio. Ibu pasti sudah mendengar bahwa aku menjadi seorang penyanyi terkenal. Tapi aku tidak pernah mendapatkan surat atau apa pun dari ibu. Mungkin ibu masih marah padaku.

Setelah sepuluh tahun meninggalkan rumah, tiba saatnya aku memutuskan untuk menikah dengan Harry. Aku sengaja mendatangi rumah ibuku untuk meminta restu. Saat aku kembali kesana, rumahku masih tetap sama, bedanya hanya kaca jendela rumah berdebut tidak terawat. Tentu saja, aku selalu menjadi pembantu di rumah ini.

Sebelum masuk ke rumah, aku bertemu dengan tetangga lamaku. Dia adalah teman ibu. Tetanggaku itu tidak percaya bahwa aku adalah Rachel tetangganya dulu. Setelah berfoto dan memberikan tanda tangan, aku masuk ke rumah ibuku. Rumahnya tidak terkunci.

Saat aku hendak masuk, aku mendengar suara sirine ambulans mendekat. Ambulans itu kemudian berhenti di depan mobilku. Petugas melompat keluar dari mobil dan masuk dengan terburu-buru ke dalam rumahku. Saat pintu rumahku terbuka, aku mendengar suara tangis di dalam rumah.

Para petugas itu sudah masuk ke dalam sambil membawa tandu. Aku masuk perlahan-lahan sambil melihat ke dalam. 3 orang perempuan dan 1 orang lelaki duduk bersampingan sambil menatap ke arah tempat tidur di samping mesin jahit tua. Para petugas memindahkan seorang wanita dari tempat tidur itu dengan cepat.

Saat tandu itu lewat di hadapanku, aku melihat sesosok wajah yang masih sama seperti 10 tahun lalu kutinggalkan. Seorang wanita tua dengan mulut yang sedikit terbuka dan mata yang terbelalak. "Ibu?" Tanyaku. Ibuku tidak merespon. Dia segera berlalu dibawa oleh petugas kesehatan.

Setelah kejadian itu, aku diundang ke sebuah acara talkshow untuk membahas masa laluku. Aku menceritakan hampir semua detil yang kualami dalam hidupku hingga akhirnya aku bisa menjadi seorang penyanyi yang terbilang sukses saat ini.

"Bukankah Anda bilang bahwa ibu Anda tidak mengijinkan Anda untuk menjadi seorang penyanyi? Lalu apa yang mengubah pemikiran ibu Anda?" Tanya si pembawa acara padaku.

"Dia tidak mengubah pemikirannya."

"Lalu?"

"Saya kabur dari rumah dan tidak pernah kembali lagi."

"Tidak pernah? Apakah Anda tidak pernah mengunjungi ibu Anda lagi?"

"Saya mengunjunginya setelah 10 tahun semenjak saya meninggalkan rumah. Tapi saya menyadari bahwa, saya tidak akan pernah kembali ke rumah."

"Apa alasan Anda bicara seperti itu?"

"Saat saya pergi, saya bilang pada ibu saya bahwa saya membenci ibu saya. Dan saya mengatakan hal itu dari lubuk hati saya paling dalam. Kemudian seperti tidak puas, saya pun bilang bahwa saya tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari ibu seperti dirinya." Kataku. Air mataku menetes.

"Lalu, bagaimana perasaan Anda saat itu?"

"Saat itu saya merasa sangat lega. Akhirnya saya mampu mengatakan apa yang saya rasakan dari dalam lubuk hati saya. Saya merasa menang. Tapi saya tidak menyadari bahwa kemenangan itu timbul bersama rasa sakit di hati saya, rasanya seperti diiris-iris kecil hingga saya sulit bernafas."

"Lalu apa yang ibu Anda katakan setelah itu?"

"Ibu saya diam. Mulutnya terbuka sedikit. Matanya membelalak. Kemudian saya pergi dan tidak menengok ke belakang lagi."

"Apa yang sebenarnya terjadi pada ibu Anda?"

"Ibu saya terkena serangan jantung saat itu. Seluruh sistem di tubuhnya berhenti. Hanya jantung dan organ pencernaannya yang masih bekerja."

"Bukankah Anda bilang bahwa Anda memiliki 4 orang adik? Bagaimana dengan mereka setelah Anda pergi meninggalkan rumah?"

"Mereka semua berhenti sekolah. Mereka semua mengamen untuk menghidupi keluarga."

"Setelah Anda meninggalkan rumah kan Anda semakin sukses, apakah Anda tidak memberikan uang untuk keluarga Anda di rumah?"

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena saya merasa sakit hati pada ibu saya. Saya pikir dengan cara itu maka rasa sakit hati itu akan hilang. Tapi yang justru saya rasakan adalah saya semakin sakit. Karena rasa sakit itu semakin terasa ketika saya memutuskan untuk menikah dengan Harry, maka saya menemui ibu saya sehari sebelum saya menikah. Saya bahkan tidak bermaksud untuk mengundangnya."

"Oh ya ampun." Ucap si pembawa acara. Air mataku semakin banyak meleleh di pipiku dan merusak dandananku. Di atas tisu yang kupakai untuk menyeka air mataku, kulihat bercak hitam bekas maskara dan eyeliner yang luntur. "Saya tidak tahu harus berkata apa."

"Ya, saya memang seorang anak durhaka. Saya tahu apa pun yang saya lakukan tidak akan pernah bisa menghapus kesalahan saya pada ibu saya."

"Saya dengar Anda membuat album khusus yang Anda tujukan untuk ibu Anda?"

"Ya, ibu saya selalu mendengarkan radio, mungkin di surga sana, ibu saya mendengar lagu yang saya buatkan untuknya."

"Dan video clip yang Anda buat itu adalah video clip berdasarkan kehidupan Anda?"

"Ya." Jawabku. Layar plasma di belakangku kemudian memutar video clip dari album terbaruku yang kupersembahkan untuk ibuku. Acara malam itu selesai. Kudengar albumku laris di pasaran. Aku menjadi Ratu di jajaran penyanyi papan atas dunia.

Ibuku meninggal di perjalanan menuju rumah sakit. Setelah ibuku meninggal, aku memperbaiki rumah tuaku, menyekolahkan adik-adikku dan memberikan mereka fasilitas yang tidak kumiliki dulu. Aku sudah menikah dengan Harry. Pesta berlangsung dengan sangat meriah dan mewah. Pesta pernikahanku disebut-sebut sebagai pernikahan termewah sepanjang masa.

Makam ibuku menjadi salah satu tempat wisata di kotaku karena makam ibuku muncul di salah satu video clip dalam albumku. Aku sendiri hanya mendatanginya saat pengambilan gambar untuk video clip. Aku tidak pernah mengunjunginya lagi setelah itu.

Cerita hidupku dibukukan dalam bentuk novel yang menjadi best seller. Bahkan sebentar lagi film kehidupan pribadiku akan muncul di bioskop di seluruh dunia.

Sebelum meninggal, ibuku bilang bahwa aku mempermalukan keluargaku dengan mengemis bersama Harry. Lalu, tanpa mengemis dan menjual cerita sedih tentangku dan tentang ibu, dari mana datangnya mobil mewah, rumah megah dan seluruh fasilitas yang kudapat sekarang?

Aku hanya perlu menitikan air mata setiap kali acara talkshow sambil menceritakan kisah hidupku, maka penjualan albumku akan melonjak naik. Semua air mata itu hanya tentang uang. Lihat bu, aku mengemis dengan cara yang luar biasa, kan?


(diinspirasi dari video clipnya through the rain, Mariah Carey)

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar." Saya dulu mempertanyakan,  WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY?  Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan. Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya. Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan