Skip to main content

Her; mencintaimu, -nya, dia dan mereka

Saya tahu film HER ini dari situs bioskop di Indonesia. Dari sinopsis yang saya baca, saya tertarik pada alur cerita hingga akhir cerita ini. Menurut saya juga, ide ceritanya sangat menarik. Meski pun masih dengan genre cinta dan drama, Spike Jonze membawa film ini menjadi film yang luar biasa sekali. Dan saya menyukainya.

Meski saya seorang film maker dan tabu bagi seorang film maker untuk mengomentari film orang lain, tapi saya tidak akan berkomentar. Saya hanya akan bicara tentang mengapa saya menyukai film ini.

Her dimulai ketika Theodore dalam kehidupannya yang hampa ketika dia bercerai dengan istrinya. Kemudian Theodore dikenalkan dengan sebuah sistem operasi canggih bernama Samantha. Samantha, karena kecerdasan dan teknologinya yang canggih mampu membuat Theodore yang kesepian menjadi hidup kembali.

Theodore kembali merasakan jatuh cinta. Meski pun Samantha adalah sebuah sistem operasi. Samantha mampu membuat Theodore move on dari patah hatinya pada mantan istrinya dan membuat Theodore berani menandatangani surat perceraian resmi mereka.

Di tengah percintaan mereka yang panas membara, muncul intrik-intrik yang memang ciri khas dari film bergenre cinta dan drama. Naik turun, kembali romantis kemudian naik turun lagi, betul-betul ciri khas cinta.
Dan saya suka dengan intrik-intrik tersebut. Hehehe.

Pendapat akhir saya adalah, film ini menjadi sebuah film cinta recommended! Hehehe. Her memberikan gambaran baru tentang cinta. Dan saya pun kemudian menyadari, tiga perempat waktu berpacaran saya dihabiskan dengan bertelepon dan mengirimi pesan singkat.

Saya kadang khawatir, takut yang saya rindukan bukanlah kekasih saya, melainkan suara yang muncul di speaker handphone saya atau kata-kata yang bermunculan di pesan. Apakah kekasih saya tidak lebih dari sekedar sistem operasi?

Dari kejauhan, kepala saya ditimpuk biar segera sadar. Hehehe.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata...

yang bergerak

    Hari ini, adalah hari kedua aku mengajar. Aku sudah semester 7 dan sekarang sedang menyelesaikan program pe-pe-el yang lebih dikenal dengan nama Jobtre. Bagiku, hari ini adalah hari yang sempurna, aku sudah mempersiapkan RPP (Rencana Program Pembelajaran) dengan sempurna, juga aku mempersiapkan sebuah powerpoint sederhana yang akan mudah dimengerti oleh para siswa, dan tak lupa aku membuat kopian tentang presentasiku, sengaja kuambil plan B lebih awal, antisipasi jika ternyata LCD yang sudah kupesan tidak bisa kupakai.     Aku tidak didera gugup sekalipun. Tidak seperti temanku yang lain, aku sangat menikmati program pe-pe-el ini. Aku menikmati saat aku berinteraksi dengan siswa, saat siswa itu kemudian mencium tanganku, saat siswa itu memanggil namaku dan SKSD menghujamiku dengan pertanyaan polosnya. Aku sangat menikmati semua itu.     Awalnya aku tidak gugup, tapi saat mereka memanggil namaku dan kucium aroma semangat. Aku mulai gugup...

Ayahku Si Malaikat Berkantol

Ada 3 orang yang kuanggap bukan lelaki di dunia ini. Mereka adalah kakekku, ayahku dan adik lelakiku. Bagiku mereka bertiga tidak termasuk dalam kategori lelaki. Lelaki dalam bayanganku adalah seorang dengan jenis kelamin pria yang suka menyakiti hati wanita. Kakekku tidak, setidaknya itulah yang kulihat sampai nenekku meninggal. Kakekku tetap setia kepadanya hingga ajal menjemput. Ayahku, meski pun adalah lelaki pemarah tapi mencintai ibuku, itulah yang kulihat dalam kesehariannya. Adikku, meski pun dia masuk kategori lelaki dalam bayanganku, aku tetap akan menganggapnya bukan sebagai lelaki. Dalam kehidupan percintaanku, aku mengenal banyak lelaki. Lelaki-lelaki itu mengajarkanku banyak hal, kebanyakan dari mereka adalah temanku. Aku melihat dari dekat kehidupan mereka sehingga aku bisa mempelajari mereka. Hampir semua pria yang dekat denganku masuk dalam kategori lelaki. Mereka brengsek, penipu, pembohong dan menganggap wanita hanya sebagai objek saja. Awalnya mengenal mereka...