Hari
Senin, Siska pergi ke bank. Adalah rutinitas bulanannya untuk mengirimkan uang
untuk keluarganya di kampung. Biasanya, Siska akan diantar oleh Agung,
tunangannya. Tapi pagi itu, Agung harus berpatroli pagi. Maka Siska berangkat
sendirian ke bank itu.
Tak
disangka, di dalam bank itu duduk 5 orang pria yang gerak-geriknya
mencurigakan. Segera setelah Siska menyerahkan uangnya ke teller, salah seorang
pria berteriak sambil mengacungkan senjata apinya. Semua orang berteriak
histeris. Reflek, Siska melindungi kepalanya dan berjongkok di lantai.
Siska
dan beberapa nasabah lain telah menjadi sandera aksi perampokan bank. Seorang
pria yang tadi mengacungkan senjata api meminta petugas teller memasukan uang
ke dalam tas-tas yang dibawa penjahat itu.
Manajer
bank tersebut berlari ke mejanya, menekan tombol darurat. Tak lama kemudian
sebuah timah panas mengenai jantungnya. Timah panas itu kalah cepat. Siska
menghampiri pria itu. Ditekannya dada pria itu. Darah merembes dengan cepat ke
baju pria itu. Pria itu kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
Karena
terlanjur ketahuan, pria itu bermaksud membawa seorang sandera. Pria itu
kemudian berpencar. Dua orang pergi bersama uangnya dan tiga yang lain membawa
Siska ke atap gedung. Polisi berdatangan ke gedung tersebut dan segera pergi ke
atap gedung sambil mengamankan sandera yang ditinggal di bawah.
Tiga
perampok itu sudah terkepung. Tidak ada jalan keluar. Siska mengenali salah
seorang polisi yang berada di antara polisi-polisi lain. Dia adalah Agung,
tunangannya. Siska beberapa kali meminta Agung segera meninggalkan tempat itu
karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Agung.
Agung
bekerja sebagai negosiator. Meski pun sudah bernegosiasi panjang, perampok itu
masih tidak mau melepaskan Siska. Karena semakin panik karena banyak polisi
yang berdatangan, perampok itu bersiap menarik pelatuk pistolnya.
Salah
seorang polisi di sana panik karena mulut pistol itu mengarah tepat ke
wajahnya. Dia kemudian menembak perampok itu. Sayangnya tembakan itu meleset.
Karena merasa terancam, salah seorang perampok itu melepaskan tembakannya ke
arah Agung. Peluru itu mengenai pelipis Agung.
Siska
berteriak dengan keras. Perampok itu masih ingin memegangi Siska, tapi Siska
berusaha sekuat tenaga melepaskan diri. Kalung Siska terlepas dari lehernya.
Siska menghampiri Agung yang terjatuh dengan luka menganga di kepalanya.
Saat
polisi lain tengah sibuk dengan Agung, perampok itu melarikan diri dengan
melompati gedung satu ke gedung yang lain, sesuai rencana. Kalung Siska masih membelit
tangan salah satu perampok itu. Perampok itu berhasil kabur.
Seminggu
setelah kejadian itu. Siska tetap menunggui Agung di rumah sakit. Agung koma.
Tidak ada harapan untuknya bangun kecuali keajaiban. Kondisinya semakin kritis.
Otak besarnya sudah tidak berfungsi. Merasa tidak ada harapan lagi, dokter
menyarankan agar Agung disuntik mati.
Siska
menolak dengan tegas. Dia masih berharap bahwa Agung akan bangun lagi. Satu
bulan kemudian, dokter memberitahu bahwa ada seorang pasien gagal jantung yang membutuhkan
transplantasi jantung. Transplantasi jantung adalah satu-satunya cara agar
Agung bisa berguna. Dengan berat hati, Siska akhirnya menyetujui.
Agung
disuntik mati. Kemudian jantungnya diambil untuk dicangkokan pada orang lain.
Dani, adalah penerima jantung Agung. Setelah melalui operasi yang panjang dan
melelahkan, Dani dapat bernafas dnegan lega. Dia tidak perlu menahan sakit di
dada kirinya lagi.
Suatu
malam, Dani mengendarai mobilnya melewati jalanan yang lengang. Saat itu, dia
melewati toko kue milik Siska. Tiba-tiba muncul kenangan-kenangan bersama
Siska, padahal Dani tidak mengenal Siska sebelumnya.
Dani
berhenti di toko kue Siska. Dia membeli beberapa kue dan berbincang dengan
Siska. Dia merasa sangat mengenal Siska. Tanpa dia sadari, dia sudah jatuh hati
pada Siska. Siska yang ramah dan baik hati sudah mencuri perhatiannya.
Suatu
hari, Siska mengajak Dani pergi ke rumahnya di kampung. Di rumah Siska, Dani
melihat foto Siska dengan Agung. Siska kemudian bercerita sedikit tentang Agung
dan perampokan bank yang menyebabkan Agung meninggal. Dani kehilangan
kesadarannya. Dia pingsan.
Dani
mendapatkan mimpi-mimpi aneh, dia bermimpi berada dalam sebuah adegan
perampokan. Dia melihat Siska dan melihat Agung. Dia bahkan bisa melihat dengan
jelas saat darah keluar dari pelipis Agung. Detik-detik saat Agung terjatuh dan
tubuhnya terhempas ke lantai.
Dani
terbangun kemudian pergi kembali ke rumahnya. Dia mengingat sesuatu. Sesuatu
yang dia benci jika dugaannya adalah benar. Dia mengacak-acak kamarnya. Dani
membuka sebuah kotak. Di dalamnya ada sebuah kalung. Kalung yang dipakai oleh
wanita dalam mimpinya.
Perlahan,
Dani membuka kalung itu, Dani menangis lalu memukul-mukul dinding kamarnya
sambil mengutuk pada dirinya sendiri. Kalung itu terhempas ke lantai. Di sana
ada foto Siska dan Agung. Dani mengingat semuanya.
Dia dan
4 kawannya merencanakan perampokan bank. Dia membutuhkan uang itu untuk biaya
berobat jantungnya. Saat itu dia melihat Siska yang berusaha menyelamatkan
seorang manajer bank yang merusak rencananya. Dani kemudian membawa Siska ke
atap gedung.
Di
sana, dia bertemu dengan seorang polisi muda yang diteriaki oleh Siska agar
tidak mendekat. Dani terdesak. Waktunya tidak banyak. Rencananya bisa jadi
gagal jika dia terus bicara dengan polisi muda bernama Agung itu. Saat itu, dia
hendak melemparkan sebuah tembakan peringatan, tanpa disangka, salah satu
polisi menembaknya.
Untungnya
tembakan itu meleset. Tapi Dani pun reflek langsung menarik pelatuk pistolnya
ke arah Dani. Peluru itu tepat mengenai pelipis Agung. Dia benar-benar tidak
bermaksud untuk membunuh seseorang. Tidak hari itu dan tidak di hari yang lain.
Siska
menjerit, semakin berusaha keras melepaskan diri dari Dani. Dani semakin
terpojok, dia masih membutuhkan sandera. Dia mencoba mempertahankan Siska namun
yang mampu diraihnya hanya kalung yang ada di dada Siska. Dua orang teman Dani
kemudian menarik Dani agar segera lari.
Kalung
Siska itu membelit pergelangan tangan Dani. Dani tidak sengaja membawa kalung
itu. Dan dia baru melepaskannya saat dia kembali ke kamarnya. Dani bermaksud
menyimpan kalung itu sebagai peringatan bahwa dia pernah salah membunuh
seseorang.
Beberapa
hari kemudian, Dani pergi ke dokternya dan berkonsultasi. Jantung Dani sudah
tidak bisa bertahan. Dia perlu pendonor jantung. Saat Dani baru keluar dari
rumah sakit, jantungnya berhenti berdetak. Dani pingsan.
Beberapa
minggu kemudian, dia terbangun dengan sebuah jantung baru di dada kirinya.
Jantung itu datang dengan banyak ingatan yang terus menerus diputar di
kepalanya tanpa kenal lelah. Ingatan-ingatan itu kemudian membawanya bertemu
dengan Siska, jatuh cinta pada Siska.
Dani
membawa kalung itu, dengan sebuah harapan. Bahwa Siska akan memaafkannya dan
akan tetap mau mencintai Dani. Saat Siska melihat kalung itu, tangis Siska
pecah. Dia tidak mengenal perampok yang sudah tega merenggut nyawa kekasih
tercintanya, dia hanya tahu bahwa perampok itu membawa kalung yang diberikan
Agung kepadanya.
Dan
Dani muncul dengan kalung itu. Dani berlutut di hadapan Siska yang masih
menangis. Dani meminta pengampunan yang sudah jelas tidak akan dia dapatkan.
Dani meminta maaf, dia ulangi kata-kata itu. Tidak hanya rasa sesal yang
memenuhi dadanya, tapi juga rasa takut kehilangan Siska.
Siska
meninggalkan Dani yang masih berlutut. Dani berlutut di depan toko kue Siska
berhari-hari pun Siska masih tidak muncul. Saat Dani dijemput oleh
teman-temannya dan dirawat di rumah sakit, Dani diberi tahu bahwa Siska sudah
meninggalkan kota itu.
Dani
berusaha mencari Siska setelahnya. Bertahun-tahun kemudian, Dani dikirimi
sebuah CD berisi sebuah video klip. Di dalam CD itu, ada sebuah lagu dengan
judul timeless. Lagu dan video klip
itu mengisahkan kehidupan Siska saat bersama Agung dan saat bertemu dengan
Dani.
Dani
berharap menemukan jawaban, agar dia bisa meneruskan pencariannya terhadap
Siska. Tapi di video klip itu. Gadis yang menggambarkan Siska hanya berdiri,
menangis sambil memeluk kalung itu. Dan pria yang berlutut di hadapan perempuan
itu, Dani, hanya berlutut. Menangis bersama perempuan itu. Memukul-mukul aspal
jalanan, menyesali yang telah terjadi.
*cerita ngekhayal ketika ngeliat video klip dari Jang Ri Inn
ft. Xiah Junsu yang judulnya timeless.
:D
Comments
Post a Comment