Skip to main content

Berguru Dari Sang Guru Sejati

http://bukuwayang.files.wordpress.com/2013/01/wpid-img_20130113_152505.jpg

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana.

Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura.

Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama.

Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana. Anak itu diberi nama Aswatama. Kumbayana kemudian dikenal dengan nama Resi Durna.

Sucitra yang terlebih dulu menemukan Hastinapura kemudian dijadikan raja di negeri tetangga Hastinapura, yaitu Cempalreja. Sucitra menikahi Dewi Drupadi dan menjadi Prabu Drupada.

Durna yang mengetahui Sucitra, sepupunya, menjadi seorang raja kemudian menyusul Sucitra ke Cempalreja. Sayangnya bukan penyambutan yang diterima Durna, justru kakak Dewi Drupadi, Gandamana, memukuli Kumbayana habis-habisan karena ketidaksopanan Durna. Durna yang merasa sakit hati kemudian pergi ke Sokalima, membangun padepokan disana dan merebut wilayah milik Prabu Drupada.

Saat Durna asyik dengan padepokan dan murid-muridnya, Durna disambangi oleh Sang Hyang Indra. Durna diberikan sebuah belati dan dia diminta untuk mau mengajari anak-anak dari Hastinapura, Para Kurawa dan Pandawa.

Para Kurawa, yang dipimpin Durdyudana, berbuat curang dengan mengambil alih pemerintahan Hastinapura dan mengusir Pandawa dengan permainan dadu. Yudhistira dan adik-adiknya kemudian pindah ke Amarta dan membangun sebuah kerajaan disana.

Tak lama setelah itu, Yudhistira ingin merebut kembali Hastinapura yang menjadi haknya. Durdyudana tidak setuju, dia mengumandangkan perang kepada Pandawa. Perang pun terjadi. Prabu Drupada mati di tangan Durna. Durna mati di tangan putra Drupada, Drestajumna.

Aswatama yang mengetahui Durna, ayahnya, mati dibunuh oleh Drestajumna kemudian membangun rencana penyusupan untuk membunuh seluruh Pandawa yang ada. Sayangnya, Aswatama kemudian mati karena racun dari panah milik Arjuna.

Resi Durna, novel karya Pitoyo Amrih ini menceritakan tentang dunia pewayangan dan intrik-intrik di dalamnya. Novel terbitan Diva Press tahun 2010 ini sangat menarik untuk dibaca agar kita dapat mempelajari kesalahan para manusia di negeri pewayangan untuk menjadi lebih bijaksana.

Durna yang merasa dendam pada Drupada karena pernah tidak mengakuinya di negeri Cempalreja. Padahal maksud Drupada baik, agar Durna belajar tentang tatakrama yang tidak pernah mau diturutinya sejak dulu. 

Namun dibalik sosok Durna yang sakti namun kejam itu, terselip sebuah makna bahwa sesungguhnya Durna sangat mencintai putranya, Aswatama. Terbukti saat terdengar nama Aswatama mati, Durna yang sedang berperang tiba-tiba kehilangan konsentrasinya dan dengan mudahnya dibunuh oleh Drestajumna tanpa perlawanan.

Ya, Resi Durna memang adalah seorang guru sejati. Dia tidak hanya mengajarkan soal kebaikan, namun juga dia bisa mengajarkan soal keburukan. Tapi Durna hanyalah seorang yang kecewa pada dirinya sendiri. Dari novel ini, kita tidak hanya sekedar diajak berkaca, namun juga belajar dari sosok Durna.

Comments

Popular posts from this blog

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar." Saya dulu mempertanyakan,  WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY?  Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan. Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya. Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan