Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2013

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbay...

Belajar dari Sunan Giri

Kemarin ini saya membaca novel dari Yudhi AW yang judulnya Giri : Raja dan Sunan yang Terlupakan . Novel terbitan DIVA press ini menceritakan kehidupan Sunan Giri semenjak dilahirkan hingga beliau wafat. Novel dengan tebal 360 halaman ini bercerita tentang sosok Sunan Giri dengan jelas dan menarik. Bahasa yang digunakannya mudah untuk dipahami dan penulisnya dengan cerdik menyisipkan logat-logat khas Jawa. Saya yang membaca novel ini seperti sedang mendengarkan keluarga besar saya di Surabaya sedang berbicara karena Ayah saya berasal dari Surabaya. Sunan Giri bernama Jaka Samudra . Beliau adalah anak dari Syekh Maulana Ishaq dan Rara Sekardadu. Sayangnya, saat Rara Sekardadu hamil besar, Syekh Maulana Ishaq difitnah dan dipaksa meninggalkan tanah Jawa. Rara Sekardadu kemudian melahirkan Sunan Giri tanpa kehadiran suaminya karena mereka terpisah. Saat Rara Sekardadu melahirkan, beliau ditolong oleh Nyai Gedhe Pinatih. Setelah melahirkan Rara Sekardadu meni...

Mencari Damai bagian 15

—-                 Seminggu setelah perjalanan. Pagi itu kami sampai di stasiun Bandung, aku berpisah dengan Nindya. Tidak ada ucapan selamat tinggal. Tidak ada lambaian tangan atau senyum Nindya, dia hanya bilang tentang janur kuning. Di gerbang stasiun itu, aku melihat Dani menghampiri Nindya. Nindya membuka carriernya kemudian memeluk Dani.                 Kali ini aku benar-benar sadar. Lengan Nindya hanya akan memeluk Dani. Nyamannya Nindya hanya ketika bersama Dani. Saat itu aku memakai kembali kaca mata hitamku. Berjalan keluar stasiun Bandung tanpa melirik Nindya.                 “Aku seneng banget.” Kata Nindya, berbisik di telinga Dani. “Seru! Aku mau kesana lagi.” Suara Nindya terdengar ringan dan renyah. Seolah lupa kami saling berteri...

Mencari Damai bagian 14

—-                 Di depan aula kampus, pertama kalinya aku bertemu dengan Nindya. Nindya menggunakan sebuah topi pelaut berwarna ungu yang terbuat dari karton. Dia sedang dihukum untuk lari mengelilingi aula. Aku memperhatikan Nindya tak berkedip. Nindya menatapku sebentar, melempar senyum tipis tapi terus berlari.                 Waktu itu aku sedang berdiri dengan teman baruku bernama Irwan. Irwan segera berlari mengejar Nindya. Nindya berhenti berlari saat Irwan memanggilnya. Irwan tanpa ragu meminta nomor handphone Nindya. Irwan menunjuk sebentar padaku. Nindya sekali lagi melemparkan senyum manisnya padaku.                 Irwan kembali padaku sambil tersenyum lebar. Irwan mendapatkan nomor handphone Nindya hanya dengan mengatasnamakan aku y...