Aku
bernama Mimpi. Aku bisa menjalar di kepala siapa saja yang kukehendaki. Mereka
menyukaiku, aku pun menyukai mereka. Aku bisa memunculkan berbagai macam ide,
seperti menanamkan benih di ladang. Aku bisa menanamkan benih kebaikan, juga
keburukan. Atau bahkan tidak menanam sama sekali.
Aku
Mimpi. Aku seperti tanaman rambat, seperti sel kanker yang dengan mudahnya
menyebar. Aku bisa menggunakan organ tubuh dari korbanku sesuka hatiku. Aku
bisa membuat mereka seperti melayang hingga akhirnya aku dorong mereka ke
jurang dan mereka menyadari bahwa mereka baru saja jatuh dari tempat tidur.
Aku
bisa menjelma di waktu senggang, pun sibuk. Aku bisa menjadi khayalan yang
terlalu nyata untuk dilupakan. Atau bisa jadi sebuah kenangan yang
diingat-ingat. Aku mimpi. Aku bisa melakukan apa pun yang aku suka.
Beberapa
dari mereka tak kusinggahi. Aku malas berurusan dengan mereka yang dengan
sengaja melupakanku demi kehidupan nyatanya. Tuhan memang membuatku untuk
menyegarkan otak mereka, tapi aku juga punya perasaan! Siapa yang suka
dicampakkan?
Aku
sering berkeliling dunia, menjelma menjadi deja vu bagi pelanggan setiaku. Satu
dua orang dari pelangganku kemudian berpikir bahwa mereka adalah seorang
peramal. Padahal aku hanya mempermainkan pikiran mereka. Aku hanya membawa
ingatan mereka kembali ke tempat yang pernah mereka kunjungi tanpa sengaja,
menambahkan gambar yang juga mereka kenali, menempatkan teman, pacar atau
sahabat mereka dan menambahkan beberapa dialog yang biasa. Aku bisa jadi editor
film fiksi terkenal jika dunia mengenalku.
Aku
pernah merasuki seorang wanita dan menjelma menjadi sosok pria yang berulang
kali muncul di dalam tidurnya. Kemudian wanita itu berpikir bahwa pria itu
adalah jodohnya dan kemudian wanita itu terobsesi dengan pria itu hingga dia
kehilangan akal sehatnya.
Aku
Mimpi, seperti yang sudah kubilang, aku bisa menanam benih kebaikan, kejahatan
atau tidak menanam sama sekali. Aku juga merasuki pikiran seorang pria,
berulang kali muncul sebagai sosok kekasihnya yang pergi meninggalkannya hingga
pria itu takut kehilangan Sang kekasih yang baik-baik saja. Saat itu aku
menanam benih kebaikan.
Aku
suka berada di pikiran mereka, termasuk pikiranmu. Setiap kali kepala mereka
bersandar pada sesuatu, aku mengecup kening mereka dan bilang selamat datang.
Lalu aku pergi saat matahari muncul sambil bilang, sampai bertemu lagi. Selalu
seperti itu. Karena aku Mimpi.
Comments
Post a Comment