Skip to main content

si hitam pahit



Aku sudah bosan dipermainkan olehmu, kataku pada si hitam pahit. Kalau kau mau bermain-main, bermain saja dengan yang lain!
hey hitam pahit, aku suka jiwa rock and roll-mu. Tapi itu tak berarti bahwa aku harus ketagihan padamu setiap hari. Aku punya hidup sendiri. Aku punya pantangan dan rasa sakit yang harus kuhindari.
Kau boleh suka padaku, kau boleh memujaku. Menghina diriku pun tak apa-apa. Aku takkan menyimpan umpatanmu dalam hati.

Aku bukan orang yang bisa kau suruh-suruh seenaknya, aku bukan penikmatmu seperti yang lain. Aku tidak akan membiarkan diriku jatuh dalam rengkuhan rasa sakit.
Si hitam pahit! Kau membuatku kesal. Caramu. Semuanya. Tak bisakah kau merenggangkan sikap angkuhmu untuk memiliki? Aku bukan alat!
Aku tak mau berguling-guling dalam rasa sakit dengan mulutku yang tertutup. Takut bicara. Takut menyakiti. Takut lebih tersakiti.
Rasa sakit, hitam pahit, yang membuatku belajar untuk tak mudah masuk dalam jeratan. Apalagi jeratanmu.

Kau bersikap seperti itupun aku tak peduli, hitam pahit...
Hey hitam pahit, aku punya banyak urusan. Aku ingin sekali mempedulikanmu, sayangnya aku tak punya cukup banyak waktu. Dan aku sudah berjanji untuk tak menyia-nyiakan waktuku, bahkan tidak satu detikpun.
Duduk manislah di atas meja itu. Aku akan mulai menghiraukanmu jika kau sudah bersahabat ketika bibirku menyentuh mulut gelasmu. Jika kau sudah cukup bersahabat dan tak menggebu-gebu seperti uap yang keluar dari ketel itu. Aku akan menghiraukanmu. Aku akan menyeruputmu hingga tetes terakhir.
Rasa sakit takkan kupedulikan lagi jika kau sudah bersahabat. Dan aku tidak main-main...

Hey, si hitam pahit... tak pernahkah kau belajar bersabar? Lebih lama dan lebih keras lagi?




12 April 2011
untuk si hitam pahit yang menunggu kuseruput...

Comments

Popular posts from this blog

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar." Saya dulu mempertanyakan,  WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY?  Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan. Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya. Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan