Skip to main content

5 cm (kataku)

Aku mengenalmu dalam ketidaksadaranku. Aku tahu kau ada. Tapi tak pernah memperhatikanmu. Kau adapun aku tak tahu. Kau tak adapun aku tak peduli. Kau jauh atau dekat tak ada bedanya bagiku. Kau bersama siapapun semua terlihat sama untukku.
Aku mengingatmu karena kau mengingatku. Karena kau mengingatkanku. Karena kau terus memaksa otakku mengingat namamu. Aku ingat namamu. Tapi tidak wajahmu. Kau, yang namanya 5 cm di depan keningku. Kau, yang wajahnya 5 cm di belakang kepalaku.
Aku kadang melupakanmu berbulan-bulan. Pernah bertahun-tahun. Kemudian aku mengingatmu kembali saat mendengar kata-kata yang pernah diucapkan olehmu. Childish.
Aku didepan matamu adalah seorang dengan kepribadian childish. Entah mengapa aku juga tak bisa mengelak saat kau memanggilku seperti itu.
Kau, adalah orang yang datang di waktu yang tak pernah tepat. Kau, mengajarkanku membaca saat aku buta. Kau mengajarkan aku berjalan saat aku tertidur. Kau mengajarkanku bicara saat aku lebih suka mengulik rumus-rumus kimia.

Aku juga mengenalmu dalam ketidaksadaranku. Aku tak pernah tahu kau ada. Aku baru menyadari kau ada setelah seseorang memberitahuku. Kau berjalan bolak-balik di depan mataku. Aku tak juga sadar. Kau bicara padaku. Aku tak mengerti bahasamu.
Kita dipertemukan dalam kesederhanaan, suasana pagi dan minuman rasa frambose. Aku mengingatmu dalam 3 hal itu. Tanpa 3 hal itu. Aku tak lagi mengingatmu.
Kita, adalah orang-orang yang dipertemukan dalam dunia yang tidak tepat. Aku dalam dunia pencari kesempurnaan. Dan kau pecinta kesederhanaan.
Aku berada 5 cm di depanmu. Yang takkan pernah kau sapa. Dan aku yang akan selalu berjalan menjauhimu.

Kini, aku mengenalmu dalam alam bawah sadar. Aku memanggil sebuah nama. Bukan namamu. Tapi kau punya nama itu. Aku sedang mencintai sebuah nama. Kemudian kau datang.
Aku mencintai namamu. Tapi aku tidak mengenalmu. Aku bahkan tak tahu kau ada di sekitarku selama ini. Aku tahu nama. Tapi itu kau. Hanya namamu.
Aku mengenalmu melalui namamu. Melalui ide sederhana tentang sebuah nama dan karakter. Aku tahu kau ada. Kau bergerak. Tapi kau tak nyata. Kau hanya pantulan ide dalam kepalaku yang direalisasikan.
Aku bertemu denganmu dalam dunia imajinasiku. Kau nyata di dunia imajinasiku ini. Tapi aku, adalah seseorang yang 5 cm dekat denganmu. Sebagai bayanganmu. Yang mengikuti kemanapun kau berjalan tapi takkan pernah sempat menyadari kau nyata.
Dalam 5 cm ini [kataku], aku bertemu dengan gerbong, bukan lokomotif. Jadi aku takkan pergi kemana-mana. Kau, kau, kau. Orang yang dengan sengaja kubuang, kutinggalkan dan kulupakan.

Aku tidak membutuhkan gerbong, Tuhan! Aku butuh lokomotif yang akan membawaku ke sebuah tempat. Jadi jangan membuang waktuku dengan gerbong-gerbong itu.


23 februari 2011

Comments

Popular posts from this blog

aturan-aturan

Kita tertawa kemarin. Kau ceritakan kisahmu, aku mendengarkan. Itulah aturan utamanya . Dan aku mengikutinya dengan baik sejauh ini. Selama ini.  Aku takkan melihat kemana-mana lagi dan hanya menatap satu titik. Matamu. Itu adalah aturan kedua . Aku akan banyak diam. Mengikuti alur ejekan dengan senyum dan berharap malam segera merayap datang. Aku diharuskan berhati pelawak. Tak boleh memasukan satu kata jahilpun dalam hatiku agar tak terluka. Itu aturan yang ketiga . Dari semua aturan yang tersedia. Selama ini aku melakukannya dengan baik. Aku melewati alurnya dengan sabar. Aku tak pernah mengeluh. Aku lebih banyak tertawa dan selalu kuucapkan terimakasih untuk tawa hari ini . Lalu apa salahku? Kenapa tiba-tiba kalian membuatku merasa seperti orang jahat ? Apakah aku melewatkan salah satu aturan itu? Apakah aku melanggar aturan yang tersirat itu? Aku dibuat untuk merasa bersalah tanpa alasan yang jelas! Aku dibuat bingung dengan sikap yang mendadak dingin dan senyum kecut. Anggap s

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.