---Ketika aku sudah menjatuhkan pilihan
Tuhan merangkul pundakku, berbicara dengan suaranya yang lembut dan halus, "Aku sedang mempersiapkan sebuah hadiah untukmu." katanya. Aku tersenyum, "Hadiah apa, Tuhan?", diapun menjawab, "Oh, kau telah menlihat kisi-kisi hadiahnya, begitu indah, bukan? Itu adalah hal yang paling kau inginkan selama ini, aku tak perlu lagi menjelaskan tentang apa isi hadiah itu."
"Ya, Tuhan. Apakah dia adalah hadiahku?"
"Kau menginginkannya?"
"Ya, sangat."
"Percayalah padaku, seperti dahulu, seperti biasanya, dan seperti yang akan terus kau lakukan, kau harus mempercayaiku... Aku tak pernah mengecewakanmu, bukan? Kujamin, hadiahku takkan ada satu goresanpun yang akan membuatmu merasa merugi. Jika kau inginkan dia, kau bisa memilikinya, tapi kau akan mengerti... Bahwa kau layak mendapatkan lebih, lebih dari apa yang kau miliki sekarang."
Aku merenung, memikirkan tentang tawaran Tuhan dan kenyataan yang sedang kualami. "Kau akan melihat..." Bisik Tuhan padaku. "Aku ingin memilih yang ini saja, Tuhan. Yang nyata dihadapanku, yang jelas kusentuh dan bisa kurasakan kehadirannya."
"Baiklah..." Tuhan tersenyum padaku, kutahu Tuhan kecewa atas pilihanku, tapi aku hanyalah manusia, seperti Adam yang tak mampu menahan keinginannya untuk mencicipi buah Tin. Dan Tuhan adalah zat yang sangat menyayangiku, mengagumiku kehadiranku namun dia menyembunyikannya dibalik kebijaksanaan, agar ciptaan-Nya yang lain tak beriri hati padaku. Tak lama kemudian, aku datang pada Tuhan dengan air mata membasahi pipiku, hati yang terluka dan harapan yang kandas. Bagiku surga yang kemarin kurasakan berubah menjadi padang tandus dan aku kehausan mencari penyejuk jiwaku. Tuhan memelukku, air matakupun semakin berderai, dan dia menyesal telah membiarkanku memilih, jadi dia mulai memarahiku.
"Kubilang apa, tunggulah. Apakah rasa cintamu padaku telah hilang hingga kau membiarkan dirimu sendiri terluka sejauh ini? Apakah hanya dia yang pantas mendapatkan cintamu?"
"Kau selalu pantas, Tuhan. Maafkan aku." Tuhan membelai lembut kepalaku dengan tangannya yang hangat dan menghapus air mataku.
Sejak saat itu, aku mulai berjalan-jalan lagi di surga, ditemani Tuhan yang baik disisiku, tak ada lagi yang akan mengangguku karena aku sudah memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi. Kemudian Tuhan mulai mengejekku dan mengajakku berpuisi kembali, akupun memulainya dengan sebuah pelajaran berharga kemarin... "Aku datang kepadamu dengan lagu-lagu indah yang kutulis sendiri, kubernyanyi untukmu, sayangnya kau tak mengerti arti lagu-lagu itu, maka aku mengembalikan hatiku ke surga, agar Tuhan menjaganya hingga ada seseorang yang dapat mengerti lagu-lagu yang kunyanyikan itu..."
Dan Tuhan mengubah padang tandus itu menjadi surga lagi untukku, Terimakasih Tuhan.
[diinsipirasi oleh kata-kataku, "Aku mencintaimu, tapi hanya setengah. Mengapa? Karena aku membutuhkan setengahnya lagi untuk bangkit jika kau meninggalkanku."]
28 Agustus 2010
Comments
Post a Comment