Skip to main content

Dialog antara Tuhan dan aku


---Ketika aku sudah menjatuhkan pilihan

Tuhan merangkul pundakku, berbicara dengan suaranya yang lembut dan halus, "Aku sedang mempersiapkan sebuah hadiah untukmu." katanya. Aku tersenyum, "Hadiah apa, Tuhan?", diapun menjawab, "Oh, kau telah menlihat kisi-kisi hadiahnya, begitu indah, bukan? Itu adalah hal yang paling kau inginkan selama ini, aku tak perlu lagi menjelaskan tentang apa isi hadiah itu."

"Ya, Tuhan. Apakah dia adalah hadiahku?"

"Kau menginginkannya?"

"Ya, sangat."

"Percayalah padaku, seperti dahulu, seperti biasanya, dan seperti yang akan terus kau lakukan, kau harus mempercayaiku... Aku tak pernah mengecewakanmu, bukan? Kujamin, hadiahku takkan ada satu goresanpun yang akan membuatmu merasa merugi. Jika kau inginkan dia, kau bisa memilikinya, tapi kau akan mengerti... Bahwa kau layak mendapatkan lebih, lebih dari apa yang kau miliki sekarang."

Aku merenung, memikirkan tentang tawaran Tuhan dan kenyataan yang sedang kualami. "Kau akan melihat..." Bisik Tuhan padaku. "Aku ingin memilih yang ini saja, Tuhan. Yang nyata dihadapanku, yang jelas kusentuh dan bisa kurasakan kehadirannya."

"Baiklah..." Tuhan tersenyum padaku, kutahu Tuhan kecewa atas pilihanku, tapi aku hanyalah manusia, seperti Adam yang tak mampu menahan keinginannya untuk mencicipi buah Tin. Dan Tuhan adalah zat yang sangat menyayangiku, mengagumiku kehadiranku namun dia menyembunyikannya dibalik kebijaksanaan, agar ciptaan-Nya yang lain tak beriri hati padaku. Tak lama kemudian, aku datang pada Tuhan dengan air mata membasahi pipiku, hati yang terluka dan harapan yang kandas. Bagiku surga yang kemarin kurasakan berubah menjadi padang tandus dan aku kehausan mencari penyejuk jiwaku. Tuhan memelukku, air matakupun semakin berderai, dan dia menyesal telah membiarkanku memilih, jadi dia mulai memarahiku.

"Kubilang apa, tunggulah. Apakah rasa cintamu padaku telah hilang hingga kau membiarkan dirimu sendiri terluka sejauh ini? Apakah hanya dia yang pantas mendapatkan cintamu?"

"Kau selalu pantas, Tuhan. Maafkan aku." Tuhan membelai lembut kepalaku dengan tangannya yang hangat dan menghapus air mataku.

Sejak saat itu, aku mulai berjalan-jalan lagi di surga, ditemani Tuhan yang baik disisiku, tak ada lagi yang akan mengangguku karena aku sudah memutuskan untuk menunggu lebih lama lagi. Kemudian Tuhan mulai mengejekku dan mengajakku berpuisi kembali, akupun memulainya dengan sebuah pelajaran berharga kemarin... "Aku datang kepadamu dengan lagu-lagu indah yang kutulis sendiri, kubernyanyi untukmu, sayangnya kau tak mengerti arti lagu-lagu itu, maka aku mengembalikan hatiku ke surga, agar Tuhan menjaganya hingga ada seseorang yang dapat mengerti lagu-lagu yang kunyanyikan itu..."

Dan Tuhan mengubah padang tandus itu menjadi surga lagi untukku, Terimakasih Tuhan.


[diinsipirasi oleh kata-kataku, "Aku mencintaimu, tapi hanya setengah. Mengapa? Karena aku membutuhkan setengahnya lagi untuk bangkit jika kau meninggalkanku."]

28 Agustus 2010

Comments

Popular posts from this blog

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Beyond The Inspiration : Catatan Pemikiran Saya (Bagian 1)

"Pertanyaan yang salah tidak akan pernah mendapatkan jawaban yang benar." Saya dulu mempertanyakan,  WHY AM I CREATED THIS WAY WHILE OTHERS CREATED THAT WAY?  Saya menganggap itu pertanyaan fundamental yang akan mengungkap jati diri saya dan makna Tuhan dan saya. Padahal, sekarang saya sadari bahwa itu tidak lebih dari protes saya terhadap diri saya sendiri, terhadap apa yang saya miliki, terhadap apa yang tidak mampu saya dapatkan, terhadap apa yang orang lain miliki dan mampu dapatkan. Mengapa saya tidak seperti orang lain? Mengapa orang lain bisa mencapai sesuatu yang saya inginkan sedangkan saya tidak? Apa Tuhan mengesampingkan saya karena diri saya yang seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan baru terus menerus muncul. Semakin kreatif rumusan pertanyaannya padahal latar belakangnya hanya satu: saya enggan menjadi apa yang Allah perintahkan kepada saya. Saya menganggap seharusnya ada cara lain yang Tuhan inginkan, ada cara lain, harus ada cara lain. Cara yang sejalur dengan