Skip to main content

alam semesta


aku cukup merasa puas,
ketika hari ini bisa bangun di pagi hari,
dan terlelap dengan mimpi-mimpiku di malam hari...
aku tak perlu memikirkan apa yang terjadi untuk esok,
biar tuhan yang mengatur...
aku hanya manusia yang berserah diri pada-Nya
cukup seperti itu
hingga kemudian dengan jelas kulihat ukiran tuhan di muka bumi ini
dengan kuasa-Nya, dia membuka mataku...

oh tuhan, baru kusadari...
bulatan di langit yang bersinar itu menyengat dan membakarku tanpa ampun
pepohonan itu terdiam ketika kutanya apa saja yang mereka lakukan di dunia ini
bumi yang tua inipun hanya bisa merintih di usia senjanya
kemana saja aku selama ini?
langit berwarna kemerahan itu bercerita tentang panasnya bumi ini,
mereka bicara, berteriak, namun aku tak mendengarnya...
dan aku tak menyadarinya...
dinding gedung itu bercerita tentang ribuan hektar hutan yang ditebangi,
tentang jutaan hewan yang terusir dari rumahnya
dan aku tak pernah peduli...

air mataku terjatuh perlahan,
namun tak ada yang bisa kulakukan,
mungkin ya, aku adalah makhluk bodoh bernama manusia
yang bertuhankan keserakahan
hanya kata maaf yang bisa kuungkapkan
alam semesta ini menangis dan aku ikut bersamanya
angin kering yang membawa sejuta pesan kemanusiaan itu berkata padaku, dan kini aku mendengarnya dengan jelas...

"Bersatulah dengan kami, bangun tempat yang kau pijak menjadi rumah hijau, jangan hilangkan kami dari pandangan kalian, karena kamipun hanya secuil isyarat Tuhan tentang kebesarannya di alam semesta yang luas ini."


22 Juni 2010
luckythaocta

Comments

Popular posts from this blog

aturan-aturan

Kita tertawa kemarin. Kau ceritakan kisahmu, aku mendengarkan. Itulah aturan utamanya . Dan aku mengikutinya dengan baik sejauh ini. Selama ini.  Aku takkan melihat kemana-mana lagi dan hanya menatap satu titik. Matamu. Itu adalah aturan kedua . Aku akan banyak diam. Mengikuti alur ejekan dengan senyum dan berharap malam segera merayap datang. Aku diharuskan berhati pelawak. Tak boleh memasukan satu kata jahilpun dalam hatiku agar tak terluka. Itu aturan yang ketiga . Dari semua aturan yang tersedia. Selama ini aku melakukannya dengan baik. Aku melewati alurnya dengan sabar. Aku tak pernah mengeluh. Aku lebih banyak tertawa dan selalu kuucapkan terimakasih untuk tawa hari ini . Lalu apa salahku? Kenapa tiba-tiba kalian membuatku merasa seperti orang jahat ? Apakah aku melewatkan salah satu aturan itu? Apakah aku melanggar aturan yang tersirat itu? Aku dibuat untuk merasa bersalah tanpa alasan yang jelas! Aku dibuat bingung dengan sikap yang mendadak dingin dan senyum kecut. Anggap s

Rumah Makan Ulah Lali: Nyicipin Sate dan Sop Iga yang Super Pasrah

Hari Sabtu kemarin adalah hari dimana saya membayar batalnya puasa saya di bulan Ramadhan. Karena ada sisanya sekitar 3 hari, jadi saya bayar puasa sekaligus hari Kamis, Jumat dan Sabtunya. Nah, kebetulan suami juga kayaknya kangen makan daging-dagingan, jadilah kami memutuskan untuk makan sate kambing. Saya sih gak suka ya sama sate kambing, biasanya saya pesen sate ayamnya aja. Lumayan bingung juga untuk daerah Kuningan mesti makan sate yang enak dimana. Maklum saya kan dari Bandung, kalo makan sate di Bandung sih ga usah bingung soalnya saya udah paham banget tempat makan dengan sate yang enak dan harganya murah. Tapi kalo di Kuningan? Kebetulan suami juga lama di Bandung dan jarang banget jalan-jalan ke Kuningan, jadilah ketika sama-sama gak taunya, kita memutuskan untuk cari via google. Dari google, kita cari keyword sate kambing Kuningan Jawa Barat , muncullah beberapa rumah makan yang menyediakan sate kambing, diantaranya ada Sate Cibeber dan Sate Jalaksana . Tapi kata

Berguru Dari Sang Guru Sejati

Bambang Kumbayana berperang melawan kaum raksaksa bersama sepupunya, Sucitra. Kesaktian Kumbayana memang tidak perlu diragukan lagi, bangsa raksaksa di Atasangin bagian barat musnah hanya dengan beberapa kali tebasan keris Kumbayana. Sepulangnya dari berburu itu, Kumbayana diusir oleh ayahnya, Resi Baratwaja,  yang tidak setuju dengan perbuatannya itu. Kumbayana kemudian pergi dari Hargajembangan. Tidak lama setelah kepergiannya, sepupunya, Sucitra pun pergi dari Hargajembangan menuju Hastinapura. Di negeri Tempuru, Kumbayana bertemu dengan Dewi Krepi, putri dari raja dan seorang sakti bernama Purunggaji. Dewi Krepi yang jatuh cinta pada Kumbayana kemudian mengikuti Kumbayana menuju Hastinapura dengan menjelma sebagai Dewi Wilutama. Saat masih menjelma menjadi Dewi Wilutama dengan ajian salinrogo, Dewi Krepi berhubungan badan dengan Kumbayana. Akibatnya, tubuh Dewi Krepi membusuk, namun dia tetap bertahan hidup karena mengandung anak dari Kumbayana.